By Dwijo Suyono
JOURNALJOGJA-BANTUL-Pilkada 2020 dikabupaten Bantul menjadi semakin menarik , bukan hanya ada dua paslonnya, tetapi juga para paslonnya merupakan para petahana yaitu bupati dan wakil bupati .
Disamping itu para pendamping para calon bupatinya adalah para politikus dari partai politik yang telah teruji melewati berbagai pesta demokrasi hingga tingkat nasional .
Seperti diketahui Pilkada Bantul 2020 memperebutkan 705.651 pemilih sementara di 2084 TPS, di 17 kecamatan,
Persoalan klasik yang muncul yang sudah terasa sejak awal ialah persoalan netralitas ASN Bantul , karena para kandidat sangat menguasai sistim komunikasi birokrasi .
Oleh sebab itu PJS Bupati Bantul Budi Wibowo beberapa waktu lalu kepada media mengemukakan bahwa kedua calon bupati telah bekerja bersama selama lima tahun terakhir dan sehingga komunikasi dengan para ASN sudah sering dilakukan dalam masa tugasnya
" Menurut saya netralitas ASN di Bantul itu suatu ujian. Saya sudah bilang ke KPU dan Bawaslu kalau kita harus netral , jadi ASN itu harus profesional karena sistem itu kan sudah terbangun," katanya .
Kedua paslon tersebut yaitu Abdul Halim Muslih-Joko B Purnomo yang diusung PDI-P, PKB, PAN, Demokrat, dan dari non legislatif Partai Gelora dan PSI. Suharsono-Totok Sudarto diusung Partai Gerindra, Golkar, PPP, PKS dan Nasdem.
Tampaknya strategi menggunakan IT harus menjadi pilihan kampanye program yang akan di usung lima tahun kedepan, baik melalui media sosial maupun media daring, tim sukses juga harus mampu memutar otak lebih keras untuk menciptakan strategi kampanye , disamping kegiatan fisik kunjungan langsung kemasyarakat menjadi bagian yang tidak terpisahkan .
Terkait pemanfaatan teknologi , polling menjadi bagian dari strategi yang diharapkan mampu memberi gambaran seberapa besar dukungan yang ada walaupun bukan sebagai hal yang bisa di jadikan pijakan secara penuh .
Polling yang disediakan oleh Bernas.ID ini merupakan media untuk menampung berbagai bentuk dukungan yang diberikan oleh masyarakat kepada kandidat, sekaligus menjadi media pagi kandidat untuk menyapa dan mensosialisasikan dirinya dan program yang direncanakan kepada khalayak publik.
Setiaji dari Pusat Studi Kebijakan Daerah (PSKD) Yogyakarta mengemukakan bahwa “Jika para paslon ingin memenangkan pertarungan di Pilkada , maka manfaatkanlah media sosial dan perkuat data sebagai alat kampanye dan persiapkanlah strategi . Karena berdasarkan survey, media sosial merupakan salah satu pilar dalam rangka kemenangan untuk Pilkada,(*)
Dwijo Suyono.